24 Februari 2009

Dari Mesir ke Gaza

Sekitar jam delapan malam waktu Mesir, tim Relawan Kemanusiaan KISPA dan BAZNAS sampai di Bandara Kairo disambut pak Hamdani Staf KBRI didampingi Hafizh orang asli Mesir. Alhamdulillah, proses imigrasi kami lalui dengan mulus, tanpa ada hambatan, kami meyakini dengan seyakin-yakinnya bahwa semua kemudahan yang didapat merupakan pertolongan dan anugerah dari Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang.

Teringat kisah orang tua Nabi Yususf ketika masuk Mesir, diabadikan Allah dalam Al Qur’an sebagai pelajaran bagi umat yang mau berfikir.

فلما دخلوا على يوسف آوى إليه أبويه وقال ادخلوا مصر إن شاء الله آمنين

Maka tatkala mereka masuk ke (tempat) Yusuf: Yusuf merangkul ibu bapaknya dan dia berkata: "Masuklah kamu ke negeri Mesir, insya Allah dalam keadaan aman". (QS: Yusuf/12: 99)
Perjalanan yang begitu jauh, ribuan kilometer jaraknya dari Jakarta ke Mesir dapat kami tempuh dengan banyak kemudahan dan di berikan lindungan serta keamanan dari Yang Maha Kuasa, Allah swt.

Oleh staf KBRI, rombongan kami diantar ke tempat penginapan, Griya Jawa Tengah yang beralamat di 7/1 Ahmed El Zumr St. Block 21 Ninth District Nasr City Cairo Egypt, atau yang lebih dikenal dikalangan mahasiswa Indonesia Kairo dengan sebutan Hayyu ‘Asyir.

Di wisma Griya Jawa Tengah, kami menempati lantai dua. Tempat yang cukup strategis, bersih dan nyaman dengan sewa perkamar dengan dua tempat tidur USD 30 permalam.

Ditempat kami menginap ternyata sudah ada Mauluddin Anwar, wartawan SCTV dan pendampingnya selama di Gaza. Kami berbincang-bincang mengenai Gaza, dan tidak lupa menanyakan pengalaman mereka selama meliput di daerah Gaza City, Jabaliya, dan daerah Jalur Gaza lainnya.

Tidak lama kemudian, ditengah kami berbincang-bincang datang berkunjung ke tempat penginapan Griya Jawa Tengah, ustadz Sobri Lubis, dari Front Pembela Islam (FPI) dan wartawan Republika. Mereka juga ingin urun rembuk membicarakan tentang Gaza dan persiapan untuk memasuki pintu gerbang Rafah.

Informasi dari mereka yang telah berhasil masuk Gaza, yaitu dari kalangan wartawan dan medis di peroleh keterangan bahwa tidak mudah untuk dapat melewati pintu gerbang Rafah. Penjagaan sangat ketat, pengurusan yang lama, dan tergantung dari pemerintah Mesir, mau dia buka ya… dia buka, mau dia tutup ya… dia tutup. Bahkan ada tenaga medis dan wartawan yang menunggu di pintu gerbang Rafah selama dua hari baru dapat masuk, ada yang seminggu, bahkan ada yang sepuluh hari baru biasa masuk.

Jika sore menjelang, pintu perlintasan ditutup pemerintah Mesir, mereka yang tidak dapat masuk pada hari itu harus kembali ke Al ‘Arisy, Mesir, tempat penginapan yang jaraknya sekitar 40 km dari pintu gerbang Rafah. Sebab kalau kembali ke Kairo jaraknya cukup jauh, sekitar 450 km, dengan waktu tempuh sekitar 8 jam.

Senin, 26 Januari 2009, sebelum waktu subuh masuk saya sudah bangun dan “mendekatkan diri kepada Allah”, bermohon kepada-Nya agar perjalanan kami ke Gaza mendapat kemudahan tanpa ada aral melintang, bantuan yang kami bawa dapat sampai kepada mereka yang berhak dan membutuhkan di Gaza.

Kumandang azan tanda waktu Subuh sudah masuk terdengar sekitar jam 05.19 waktu Kairo, kami langsung ke Masjid yang letaknya bersebelahan dengan tempat kami menginap. Nama masjid tersebut Al Fatuh, kami melakukan shalat tahiyatul masjid kemudian menunggu pelaksanaan shalat subuh berjama’ah, jeda waktu antara azan dan qamat sekitar 15 menit. Suhu udara di Mesir, malam hari sangat dingin dibandingkan siang hari. Di bulan Januari tertinggi 19 derajat Celcius dan terendah 10 derajat Celcius.

Pagi hari sekitar jam 08.00 waktu Kairo kami (KISPA dan BAZNAS) mengunjungi rekan-rekan Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) di Wisma Nusantara daerah Hayu Rabi’atul Adawiyah, Kairo. Rencananya kami pada saat itu ingin berkoordinasi dengan mereka mengenai bentuk bantuan yang akan diberikan kepada rakyat Gaza, Palestina. Ternyata dr. Basuki dan tim dokter sudah berangkat, yang masih tertinggal di Wisma Nusantara, Jazuli dan dan seorang kawannya, mereka juga sedang bersiap-siap untuk berangkat ke Rafah.

Siang hari menjelang waktu Zuhur, kami mengunjungi dealer tempat pemesanan ambulance yang berada di daerah free zone. Di tempat tersebut kami bertemu dengan pak Danang, tim dari KBRI yang sengaja datang untuk memastikan kapan ambulance selesai? Karena menurut dealernya ambulance yang sudah dipesan akan selesai sekitar jam satu siang dan akan diantar langsung ke KBRI.

KBRI bermaksud akan menyerahkan empat unit ambulance (sumbangan dari DEPKES 1 unit, BSMI dan KISPA 1 unit, dan sumbangan dari persatuan dokter Arab di Mesir 2 unit) kepada Bulan Sabit Merah Palestina di Rafah. Pihak KBRI menawarkan kepada KISPA dan BAZNAS untuk berangkat bersama tim KBRI bersama konvoi ambulance.

Sore hari kami (KISPA dan BAZNAS) diterima secara khusus oleh Dubes RI untuk Mesir, A.M. Fachir, beliau didampingi Burhanuddin Badruzzaman, Minister Counsellor. Dalam pertemuan tersebut, selain kami memperkenalkan diri, kami juga berkoordinasi dengan pihak KBRI untuk izin masuk gerbang Rafah dan meminta masukan serta saran tentang jenis bantuan yang tepat untuk diberikan kepada rakyat Gaza, Palestina.

Dubes RI untuk Mesir menjelaskan bahwa izin masuk ke Rafah, Gaza tidak hanya ditentukan oleh pihak keamanan Mesir tetapi juga oleh Israel. Beliau berpesan untuk banyak bersabar jika izin belum juga ke luar/ belum diberikan pihak keamanan Mesir.

Menjelang waktu maghrib, pertemuan dengan Dubes RI untuk Mesir berakhir, selanjutnya kami diantar pak Hamdani staf KBRI untuk makan siang di rumah makan Yaman yang jaraknya tidak jauh dari gedung KBRI.

Jalanan di kota Kairo sangat macet, sebelum sampai ke rumah makan Yaman waktu shalat maghrib sudah masuk, maka kami shalat maghrib dan dijama’ dengan shalat isya’ terlebih dahulu di masjid Sekolah Indonesia Kairo (SIK) .

Sekitar jam 20.00 waktu Kairo, kami baru sampai di rumah makan Yaman, untuk makan siang. Saat kami asyik santap malam, ada telpon dari pak Danang staf KBRI yang menginformasikan bahwa ambulance sudah siap untuk diantar ke Rafah, jika ingin berangkat bersama-sama ke Rafah kami ditunggu di KBRI sampai jam 23.00 waktu Kairo.

Mendengar informasi tersebut kami harus segera ke Griya Jawa Tengah untuk berkemas-kemas menyiapkan pakaian, selanjutnya segera berangkat ke KBRI dan bergabung dengan tim KBRI yang sudah menunggu.

Sekitar jam 23.15 waktu Kairo, tim KBRI (pak Danang, pak Amir dan pak Syamsul) dan tim KISPA serta BAZNAS dan empat unit ambulance meluncur menuju Rafah.

Alhamdulillah perjalanan sangat lancar, walaupun harus melewati pos pemeriksaan yang jumlahnya sekitar 14 pos pemeriksaan sepanjang Ismailia hingga Rafah.

Dengan kecepatan tinggi sekitar 150 km per jam, jarak 500 km dapat ditempuh dalam waktu 7 jam, termasuk istirahat untuk shalat subuh di masjid Al Quds, di kecamatan Syekh Zuwed, Sinai Utara, Al ‘Arisy, 10 km dari Rafah.

Sekitar jam sembilan pagi, tanggal 27 Januari 2009, hari Selasa, kami (tim KBRI, KISPA, BAZNAS) sudah sampai di gerbang Rafah.

Di pintu gerbang Rafah, Mesir saya bertemu dengan dr. Agus, Jazuli, dan dokter lainnya dari BSMI, juga bertemu dengan dr. Yose Rizal, dr. Sarbini Abdul Murad, ustadz. Uthman Shihab, ustadz. Husein Hamid Al Atas, ustadz. Abbas Idrus Al Habsyi dari Mer-C.

Kami menunggu di depan pintu gerbang Rafah sekitar enam jam, ketika azan Zuhur di kumandangkan, kami bersama dengan relawan dari negara lain melaksanakan sholat di mushola yang letaknya tidak jauh dari pintu gerbang Rafah.

Setelah shalat zuhur yang dijama’ dengan sholat ashar, saya berdoa kepada Allah agar diberi kemudahan melewati pintu gerbang Rafah, Mesir.

Alhamdulillah, dengan izin-Nya sekitar jam 14.00 waktu Mesir, rombongan KISPA, BAZNAS, BSMI, Mer-C, Republika dan ustadz Sobri diperkenankan masuk gerbang Rafah, Mesir untuk mengisisi daftar isian yang telah dipersiapkan petugas imigrasi Mesir.

Tepat jam 14. 52 waktu Rafah Gaza, Palestina, rombongan dari Indonesia sudah dapat memasuki imigrasi Rafah, Gaza, Palestina.

Alhamdulillah, Segala Puji Bagi Allah yang telah memudahkan hamba-Nya memasuki Rafah, Gaza, Palestina.

(insya Allah bersambung)

H. Ferry Nur, S.Si

Emai : ferryn2006@yahoo.co.id
Website : www.kispa.org

Salurkan Infaq Peduli Al Aqsha
Ke Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Slipi
No. Rek. 311.01856.22 an Nurdin QQ KISPA



baca selengkapnya »»

11 Februari 2009

Tiga Fitnah Dunia Yang Menimpa Dai
Oleh: Iman Santoso, Lc



Fitnah dunia telah sedemikian hebatnya mengganas, menyerang dan menguasai pikiran mayoritas umat manusia. Fitnah itu mengkristal menjadi ideologi yang banyak dianut manusia, yaitu materialisme. Rasulullah saw., pada 14 abad lalu telah memprediksinya dalam sebuah hadits yang terkenal disebut dengan hadits Wahn, ”Hampir saja bangsa-bangsa mengepung kalian, sebagaimana orang lapar mengepung tempat makanan. Berkata seorang sahabat, “ Apakah karena kita sedikit pada saat itu ? Rasul saw. bersabda,” Bahkan kalian pada saat itu banyak, tetapi kalian seperti buih, seperti buih lautan. Allah akan mencabut dari hati musuh kalian rasa takut pada kalian. Dan Allah memasukkan ke dalam hati kalian Wahn. Berkata seorang sahabat,” Apakah Wahn itu wahai Rasulullah saw ? Rasul saw, bersabda, “Cinta dunia dan takut mati” (HR Abu Dawud)


Dunia dengan segala isinya adalah fitnah yang banyak menipu manusia. Dan Rasulullah saw., telah memberikan peringatan kepada umatnya dalam berbagai kesempatan, beliau bersabda dalam haditsnya: Dari Abu Said Al-Khudri ra dari Nabi saw bersabda: ”Sesungguhnya dunia itu manis dan lezat, dan sesungguhnya Allah menitipkannya padamu, kemudian melihat bagaimana kamu menggunakannya. Maka hati-hatilah terhadap dunia dan hati-hatilah terhadap wanita, karena fitnah pertama yang menimpa bani Israel disebabkan wanita”(HR Muslim) (At-Taghaabun 14-15).


Macam-macam Fitnah Dunia
Secara umum fitnah kehidupan dunia dapat dikategorikan menjadi tiga bentuk, yaitu: wanita, harta dan kekuasaan.

Fitnah Wanita
Dahsyatnya fitnah wanita telah disebutkan dalam Al-Qur’an dan Hadits. Bahkan surat ‘Ali Imran 14 menempatkan wanita sebagai urutan pertama yang banyak dicintai oleh manusia dan pada saat yang sama menjadi fitnah yang paling berbahaya untuk manusia. Rasulullah saw. bersabda, ” Tidaklah aku tinggalkan fitnah yang lebih besar bagi kaum lelaki melebihi fitnah wanita” (HR Bukhari dan Muslim).


Fitnah wanita dapat menimpa siapa saja dari seluruh level tingkatan manusia baik dari kalangan pemimpin maupun rakyat biasa. Sejarah telah membuktikan kenyataan tersebut. Banyak para pemimpin dunia yang jatuh karena faktor fitnah wanita. Dan fitnah wanita juga dapat menimpa para dai dan pemimpin dai. Bahkan salah satu hadits yang paling terkenal dalam Islam, yaitu hadits niat, sebab keluarnya karena ada salah seorang yang hijrah ke Madinah untuk menikahi wanita yang bernama Ummu Qois. Maka dikenallah dengan sebutan Muhajir Ummu Qois.


Banyak sekali bentuk fitnah wanita, jika wanita itu istri maka banyak para istri dapat memalingkan suaminya dari ibadah, dakwah dan amal shalih yang prioritas lainnya. Jika wanita itu wanita selain istrinya, maka fitnah dapat berbentuk perselingkuhan dan perzinahan. Fitnah inilah yang sangat dahsyat yang menimpa banyak umat Islam.


Ada banyak cerita masa lalu baik yang terjadi di masa Bani Israil maupun di masa Rasululullah saw yang menyangkut wanita yang dijadikan obyek fitnah. Kisah seorang rahib yang membakar jari-jari tangannya untuk mengingatkan diri dari azab neraka ketika berhadapan dengan wanita yang sangat siap pakai, kisah penjual minyak wangi yang mengotori dirinya dengan kotoran dirinya agar wanita yang menggodanya lari, dan cerita nabi Yusuf a.s. yang diabadikan Al-Qur’an. Itu kisah-kisah mereka yang selamat dari fitnah wanita. Sedangkan kisah mereka yang menjadi korban fitnah wanita lebih banyak lagi. Kisah rahib yang mengobati wanita kemudian berzina sampai hamil dan membunuhnya, sampai akhirnya musyrik karena menyembah setan. Kisah raja Arab dari Bani Umayyah yang meninggal dalam pelukan wanita dan banyak lagi kisah-kisah lainnya.


Fitnah Harta
Fitnah dunia termasuk bentuk fitnah yang sangat dahsyat yang dikhawatirkan Rasulullah saw, “Dari Amru bin Auf al-Anshari ra bahwa Rasulullah saw. mengutus Abu Ubaidah bin al-Jarrah ke al-Bahrain untuk mengambil jizyahnya. Kemudian Abu Ubaidah datang dari bahrain dengan membawa harta dan orang-orang Anshar mendengar kedatangan Abu Ubaidah. Mereka berkumpul untuk shalat Subuh dengan Nabi saw. tatkala selesai dan hendak pergi mereka mendatangi Rasul saw., dan beliau tersenyum ketika melihat mereka kemudian bersabda,”Saya yakin kalian mendengar bahwa Abu Ubaidah datang dari Bahrain dengan membawa sesuatu?” Mereka menjawab, ”Betul wahai Rasulullah”. Rasul saw. bersabda, ”Berikanlah kabar gembira dan harapan apa yang menyenangkan kalian, demi Allah bukanlah kefakiran yang paling aku takutkan padamu tetapi aku takut dibukanya dunia untukmu sebagaimana telah dibuka bagi orang-orang sebelummu dan kalian akan berlomba-lomba mendapatkannya sebagaimana mereka berlomba-lomba, dan akan menghancurkanmu sebagaimana telah menghancurkan mereka.” (HR Bukhari dan Muslim).


Pada saat dimana dakwah sudah memasuki wilayah negara, maka fitnah harta harus semakin diwaspadai. Karena pintu-pintu perbendaharaan harta sudah sedemikian rupa terbuka lebar. Dan fitnah harta, nampaknya sudah mulai menimpa sebagian aktifitas dakwah. Aromanya sudah sedemikian rupa tercium menyengat. Kegemaran main dan beraktivitas di hotel, berganti-ganti mobil dan membeli mobil mewah, berlomba-lomba membeli rumah yang mewah dan berlebih-lebihan dengan perabot rumah tangga, lebih asyik bertemu dengan teman yang memiliki level sama dan para pejabat lainnya adalah beberapa fenomena fitnah harta.
Yang paling parah dari fitnah harta bagi para dai adalah menjadikan dakwah sebagai dagangan politik. Segala sesuatu mengatasnamakan dakwah. Berbuat untuk dakwah dengan berbuat atas nama dakwah bedanya sangat tipis. Menerima hadiah atas nama dakwah, menerima dana dan sumbangan musyarokah atas nama dakwah. Mendekat kepada penguasa dan menjilat pada mereka atas nama dakwah dan sebagainya.


Dalam konteks ini Rasulullah saw. dan para sahabatnya pernah ditegur keras oleh Allah karena memilih mendapatkan ghonimah dan tawanan perang, padahal itu semua dengan pertimbangan dakwah dan bukan atas nama dakwah. Kejadian ini diabadikan Al-Qur’an surat Al-Anfaal (8): 67-68, “Tidak patut, bagi seorang nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawiyah sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu)…”


Fitnah Kekuasaan
Fitnah kekuasaan biasanya menimpa kalangan elit dan level tertentu dalam tubuh umat. Fitnah inilah yang menjadi pemicu fitnah kubra di masa sahabat, antara Ali r.a. dengan siti Aisyah r.a. dalam perang Jamal, antara Ali r.a. dengan Muawiyah r.a. dalam perang Siffin, antara Ali r.a. dengan kaum Khawarij.


Fitnah kekuasaan ini juga dapat menimpa gerakan dakwah dan memang telah banyak menimpa gerakan dakwah. Para aktifis gerakan dakwah termasuk para pemimpin gerakan dakwah adalah manusia biasa yang tidak ma’shum dan tidak terbebas dari dosa dan fitnah. Yang terbebas dari fitnah dan kesalahan adalah manhaj Islam. Sehingga fitnah kekuasaan dapat menimpa mereka kecuali yang dirahmati Allah. Kecintaan untuk terus memimpin dan berkuasa baik dalam wilayah publik maupun struktur suatu organisasi adalah bagian dari fitnah kekuasaan.


Fitnah kekuasaan yang paling dahsyat menimpa aktifis dakwah adalah perpecahan, saling menjatuhkan, saling memfitnah bahkan saling membunuh. Dan semua itu pernah terjadi dalam sejarah Islam. Semoga kita semua diselamatkan dari semua bentuk fitnah ini.


Untuk mengantisipasi semua bentuk fitnah dunia ini, maka kita harus senantiasa mendekatkan diri kepada Allah dan berlindung dari keburukan fitnah dunia. Mengokohkan pribadi kita sehingga menjadi jiwa rabbani bukan jiwa maadi (materialis) dan juga bukan jiwa rahbani (jiwa pendeta yang suka kultus). Disamping itu kita harus mengokohkan pemahaman kita tentang hakekat dunia, risalah manusia dan keyakinan tentang hisab dan hari akhir.


1. Hakekat Harta dan Dunia
• Dunia adalah permainan dan senda gurau. [QS. Al-Ankabuut (29): 64]
• Kesenangan yang menipu. [QS. Ali Imran (3): 185]
• Kesenangan yang terbatas dan sementara. [QS. Ali Imran (3): 196-197]
• Jalan atau jembatan menuju akhirat, Rasulullah saw bersabda, “Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau musafir.” (HR Bukhari dari Ibnu Umar)


Manusia diciptakan Allah sebagai pemimpin yang harus memakmurkan bumi. Maka mereka harus menguasai dunia atau harta bukan dikuasai oleh harta. Sebagaimana doa yang diungkapkan oleh Abu Bakar r.a., ”Ya Allah jadikanlah dunia di tanganku, bukan masuk ke dalam hatiku.” Seperti itulah seharusnya seorang pemimpin. Memberi teladan tentang pengorbanan total dengan segala harta yang dimiliki, bukan malah mencontohkan kepada pengikutnya mengelus-elus mobil mewah dengan hati penuh harap bisa memiliki.
2. Meyakini hari Hisab dan Pembalasan.


Manusia harus mengetahui dan sadar bahwa kekayaan yang mereka miliki akan dihisab dan dibalas di akhirat kelak. Bahkan semua yang dimiliki dan dinikmati manusia baik kecil maupun besar akan dicatat dan dipertanggungjawabkannya. Oleh karenanya mereka harus berhati-hati dalam mencari harta kekayaan dan dalam membelanjakannya.


3. Sadar dan menyakini bahwa kenikmatan di akhirat jauh lebih nikmat dan abadi.
Rasulullah saw bersabda: ”Allah menjadikan rahmat 100 bagian, 99 bagian Allah tahan dan Allah turunkan ke bumi satu bagian. Satu bagian itulah yang menyebabkan sesama mahluk saling menyayangi sampai kuda mengangkat telapak kakinya dari anaknya khawatir mengenainya.” (Muttafaqun ‘alaihi)


Begitulah, kenikmatan paling nikmat yang Allah berikan di dunia hanyalah satu bagian saja dari rahmat Allah swt sedangkan sisanya Allah tahan dan hanya akan diberikan kepada orang-orang beriman di surga.


Dan kesimpulannya agar kita terbebas dari fitnah dunia, maka kita harus membentuk diri kita menjadi karaktersitik rabbaniyah bukan madiyah dan juga bukan rahbaniyah. Jiwa inilah yang selalu mendapat bimbingan Allah karena senantiasa berintraksi dengan Al-Qur’an baik dengan cara mempelajarinya maupun dengan cara mengajarkannya. Wallahu a’lam

baca selengkapnya »»

09 Februari 2009

Ust. KH. Rahmat Abdullah dan Palestina

Ustadz Rahmat Abdullah pernah menuntut ilmu di pesantren “Perguruan Islam Asy Syafi’iyah”, Bali Matraman, Jakarta Selatan, sekaligus berguru kepada pendiri pesantren Perguruan Islam tersebut, seorang ulama yang tegas dan kharismatik, KH. Abdullah Syafi’i.


Ustadz Rahmat Abdullah adalah seorang guru yang perlu ditiru, pembina yang bijaksana, murabbi yang rendah hati, lahir di kampung Betawi daerah Kuningan, Jakarta Selatan, 3 Juli 1953. Putra kedua dari empat bersaudara dari pasangan Abdullah dan Siti Rahmah.

Beliau pernah menuntut ilmu di pesantren “Perguruan Islam Asy Syafi’iyah”, Bali Matraman, Jakarta Selatan, sekaligus berguru kepada pendiri pesantren Perguruan Islam tersebut, seorang ulama yang tegas dan kharismatik, KH. Abdullah Syafi’i.

Kecintaannya kepada ilmu, dunia pendidikan dan pembinaan (tarbiyah) meyebabkan beliau mengajar di almamaternya dan Darul Muqorrobin, Karet, Kuningan, Jakarta Selatan, serta membina pemuda-pemuda yang berada di sekitar rumahnya.

Guru beliau lainnya adalah Ustadz Bakir Said Abduh, lulusan perguruan tinggi Mesir, pengelola Rumah Pendidikan Islam (RPI), Kuningan Jakarta Selatan. Melalui ustadz Bakir Said Abduh, Ustadz Rahmat banyak membaca buku-buku karya ulama Al-Ikhwan Al-Muslimin, salah satunya adalah buku Da’watuna (Hasan Al-Bana) yang kemudian ia terjemahankan menjadi Dakwah Kami Kemarin dan Hari Ini (Pustaka Amanah).

Sebagai seorang Ustadz dan seorang Murabbi, beliau tidak berpikiran sempit, memiliki wawasan yang luas, memiliki perhatian dan kepedulian terhadap permasalahan dunia Islam, seperti Afghanistan, Bosnia, khususnya Palestina yang masih dijajah Zionis Israel.

Ketika masyarakat Jakarta mengikuti aksi damai “SELAMATKAN AL AQSHA”, Ahad, 17/4/2005, yang diadakan DPP PKS dan diikuti 250.000 masa.

Ustadz Rahmat Abdullah walaupun dalam keadaan sakit, beliau turut serta dan tidak mau ketinggalan untuk ambil bagian membela rakyat Palestina dan Masjid Al-Aqsha yang akan dihancurkan oleh tangan kotor Zionis Israel.

Bahkan beliau ikut long march dari bundaran HI ke Kedutan Besar AS di Jl. Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, dan melakukan orasi membangkitkan semangat kader dakwah dalam perjuangan dan membela saudaranya di Palestina yang sedang dizalimi penjajah Israel.

Di antara isi pidatonya adalah:

“Yang mati ditikam sudah banyak, yang mati kena narkoba melimpah, yang mati kebut-kebutan kecelakaan lalulintas sudah banyak. Indonesia bertanya, siapa yang mati dengan seni kematian yang paling indah? Seni kematian yang paling baik membela ajaran Allah, membela mereka yang tertindas dan teraniaya. Mungkin banyak yang ngeri dengan istilah tadi. Sekedar berjalan kaki dari HI kemari (ke depan kedubes AS) belum berarti apa-apa. Tetapi ini akan jadi sangat berarti bagi saudara-saudara kita di Paletina. Tahukah saudara-saudara sekalian?! Di tengah derita mereka, hidup bertahun-tahun ditenda dan rumah-rumah darurat, ternyata saudara-sadara kita di Palestina masih sempat mengirimkan sumbangan untuk saudara-saudara kita di Aceh (korban gempa dan Tsunami) kemarin. Karena yang bisa memahami derita adalah orang yang sama –sama menderita, oleh karena itu walaupun kita tidak dalam derita seharusnya punya kepekaan, punya kepedulian dan punya hati yang halus dan lembut untuk bisa mendengar rintihan suara anak –anak di Palestina”.

Kehadiran Ustadz Rahmat dalam Aksi Solidaritas untuk Palestina dengan tema “SELAMATKAN AL AQSHA”, Ahad, 17/4/2005 dan orasinya di depan kedubes AS, merupakan kehadiran beliau untuk yang terakhir kalinya dalam mengikuti Aksi Pembelaan untuk Palestina, karena dua bulan setelah Aksi Solidaritas tersebut tepatnya pada hari Selasa, 14 Juni 2005, beliau wafat pada usia 52 tahun, dengan meninggalkan seorang isteri dan tujuh orang anak. Jasad beliau dikuburkan di samping komplek Islamic Center IQRO’, Jati Makmur, Pondok Gede, Bekasi.

“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah. Dan di antara mereka ada yang gugur, dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikitpun tidak merubah (janjinya)”. (QS. Al-Ahzab/33:23)

Doa Ustadz Rahmat: ”Ya ALLAH, dengan kasih sayang-Mu …Engkau kirimkan kepada kami da’i penyeru iman…Kepada nenek moyang kami penyembah berhala…Dari jauh mereka datang karena cinta mereka kepada da’wah…Berikan kami kesempatan dan kekuatan, keikhlasan dan kesabaran…Untuk menyambung risalah suci dan mulia ini kepada generasi berikut kami…Jangan jadikan kami pengkhianat yang memutuskan mata rantai kesinambungan ini…Dengan sikap malas dan enggan berda’wah…Karena takut rugi dunia dan dibenci bangsa”.


H. Ferry Nur S.Si, Sekjen KISPA
baca selengkapnya »»